MER-C

Kepada warga Bumi Lestari
Silahkan sharingkan di sini, informasi apapun yang sekiranya bermanfaat bagi sesama warga Bumi Lestari. Kirim ke alamat email berikut : ForumBumiLestari@gmail.com

Kamis, 05 Februari 2009

Buah Demokrasi? : Ketua DPRD Sumut Tewas Mendagri minta kasusnya diusut tuntas

MEDAN BAH!-- Rapat paripurna DPRD Sumatra Utara berakhir rusuh ketika seribu massa demonstran pendukung pembentukan provinsi Tapanuli (Protap) membubarkan rapat dewan, Selasa (3/2). Ketua DPRD Sumatra Utara (Sumut), Abdul Aziz Angkat, yang memimpin rapat, meninggal saat insiden anarkis itu.

Kejadian bermula ketika massa mahasiswa dari Universitas Sisingamangaradja dan sejumlah elemen pendukung protap berusaha menerobos pintu utama ruang rapat di lantai atas DPRD. Beberapa satpam dan polisi tak kuasa menahan massa yang beringas.Mereka leluasa masuk ke ruang rapat paripurna yang saat itu salah satu agendanya membahas penggantian antarwaktu (PAW). Anggota dewan tak bisa berbuat banyak ketika ribuan massa memasuki ruangan.

''Segera tetapkan rapat Protap,'' teriak massa berkali-kali meminta agenda rapat diganti. Upaya Aziz yang baru dua bulan menjadi ketua DPRD Sumut untuk menenangkan massa dan meminta lebih beradab, tak digubris.Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut inipun menjadi sasaran amuk massa. Tubuhnya ditarik-tarik dan dicaci maki dengan perkataan kasar. Massa merebut Aziz dari tangan polisi yang berusaha mengevakuasinya.

Anggota dewan lain tak kuasa menahan massa, sebagian malah ngeloyor keluar ruangan. Wajah ayah empat anak itu tampak pucat, tubuhnya lemas ketika massa menggiringnya ke ruangan Fraksi Partai Golkar di lantai bawah.Belum sampai ruangan, Aziz pingsan. Staf DPRD membantunya membopong untuk dilarikan ke RS Gleni Internasional. Petugas rumah sakit memastikan ada luka memar pada bagian kepala dan dada korban.

''Tapi, kematiannya lebih disebabkan oleh serangan jantung,'' kata Kalman Saragih, dokter ahli di RS Gleni. Korban baru dua minggu sebelumnya menjalani operasi by pass. Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Baharudin Djafar, mengungkapkan, enam demonstran telah diperiksa di Mapoltabes Medan dengan dugaan aksi anarkis yang menyebabkan meninggalnya Aziz. Baharudin belum dapat menghubungkan aksi itu dengan sejumlah tokoh masyarakat yang diduga penyulut aksi, tanpa bukti kuat.

Dia membantah polisi kebobolan karena telah menempatkan dua peleton. Beberapa personel ditugaskan mengamankan ruang utama DPRD. ''Demonstran dapat memasuki ruangan karena rapat itu terbuka untuk umum,'' kilahnya.Mendagri, Mardiyanto, menyatakan, pengeroyokan Aziz yang sedang memimpin rapat paripurna merupakan pidana. ''Kalau ada pemaksaan sepihak, tak dibenarkan, dan tentu tindakan pidana,'' katanya di Jakarta.Dia meminta kasus itu diusut tuntas. ''Saya tunggu laporan dari gubernur (Sumut).''

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut, Diah Susilowati, menyesalkan minimnya jumlah personel pengamanan. Padahal, ketua DPRD sebelumnya, Abdul Wahab Dalimunthe, pernah mendapat ancaman serupa dari demonstran yang sama. ''Jika aparat belajar dari sebelumnya, aksi pemukulan itu bisa dihindari.

''Kriminolog UI, Adrianus Meliala, menilai, kelompok massa destruktif biasanya terkonsentrasi ketika menghadapi orang-orang yang dibenci. ''Tapi ini korbannya adalah tokoh. Reaksi semacam ini keterlaluan.''Namun, dia mengingatkan jangan sampai ada pikiran mundur bahwa demokrasi di Indonesia belum siap. ''Ini warning bahwa karakter masyarakat Indonesia, apa pun levelnya, jika sudah terkonsentrasi akan mudah merusak.''

Republika: nin/cep/ann/osa/ant.

Ini sih buah democrazy?








1 komentar:

  1. ANARKISME DEMOKRASI TAPANULI


    Betapa sombongnya kamu... Betapa angkuhnya kamu... meniti titian demokrasi berlumurkan anarkisme dan kemurkaan.

    Tapanuli, 3 februari 2009. Ribuan demonstran merangsik masuk gedung dewan. Merusak, anarkisme. Ketua DPRD, Abdul Aziz Angkat tewas dalam kejadian tersebut.

    Mendengar berita itu, aku langsung terkulai lemas. Seolah tak percaya. Semua bayangan indah demokrasi, telah lenyap dari alam fikiranku. Anarkisme kaum bar-bar bersembunyi di balik kata-kata kebebasan berpendapat.

    Batinku merintih perih, penuh luka, karena kepentingan sekelompok golongan, mengakibatkan luka hati yang dalam, dalam sekali dan sukar di pulihkan. Awan hitam sedang menyelubungi jalan demokasiku.

    Tapanuli, 6 februari 2009.

    Tiga hari setelah nya, dengan berkeras faham, kucoba kembali menata setiap kepingan yang tersisa, puing-puing sisa kekerasan masih melekat disana. Satu demi satu ku bersihkan. Dengan tujuan manjadi jalan kedepan bagi kebebasan demokrasi negeriku.



    sumber:
    http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/

    BalasHapus

Dompet Dhuafa